Dalam beberapa tahun terakhir, Eropa mulai menerapkan kebijakan baru yang mengubah lanskap perdagangan global: Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM). Kebijakan ini dirancang untuk menciptakan kesetaraan antara produsen domestik Eropa yang telah dikenakan pajak karbon dengan produsen luar negeri yang belum.

Bagi industri baja Indonesia, yang merupakan salah satu eksportir baja utama ke Eropa, CBAM menghadirkan tantangan sekaligus peluang untuk mendorong transisi menuju green steel.

 

Apa Itu CBAM dan Mengapa Penting?

CBAM adalah mekanisme tarif karbon lintas batas yang dikenakan Uni Eropa kepada produk impor berintensitas emisi tinggi, termasuk baja. Pada fase awal sejak Oktober 2023, eksportir baja Indonesia sudah diwajibkan melaporkan emisi karbon produk mereka. Mulai tahun 2026, importir baja ke Eropa juga wajib membayar sertifikat karbon untuk mengkompensasi emisi dari baja yang diimpor.

Berdasarkan estimasi terbaru, kebijakan ini bisa menambah beban biaya sekitar 16,8% terhadap harga ekspor baja Indonesia, yang saat ini mencakup hampir 20% dari total ekspor baja ke pasar Uni Eropa. Tanpa langkah mitigasi, ini bisa mengurangi daya saing baja Indonesia secara signifikan.

 

Tantangan Bagi Industri Baja Nasional

Sebagian besar produksi baja Indonesia saat ini masih berbasis teknologi blast furnace, yang menghasilkan emisi karbon cukup tinggi. Ini berpotensi membuat produk baja nasional kurang kompetitif dibandingkan produsen yang telah beralih ke teknologi rendah karbon seperti Electric Arc Furnace (EAF).

Selain itu, banyak pabrik baja Indonesia yang belum memiliki sistem pelacakan karbon berbasis standar internasional seperti ISO 14067 atau Environmental Product Declaration (EPD). Ini menjadi hambatan teknis dalam memenuhi persyaratan transparansi yang diwajibkan oleh CBAM.

Dengan tambahan beban tarif hingga hampir 17%, eksportir baja Indonesia perlu melakukan langkah cepat agar tidak kehilangan akses ke pasar premium Uni Eropa.

 

Peluang untuk Akselerasi Green Steel

Di sisi lain, CBAM juga mendorong Indonesia untuk mempercepat transformasi industri baja. Beberapa langkah konkret mulai diambil oleh pelaku industri dan pemerintah:

  • Investasi pada energi terbarukan dan peningkatan efisiensi energi pabrik baja.

  • Pengembangan kebijakan carbon tax dan emissions trading scheme domestik.

  • Eksplorasi teknologi green steel, termasuk Electric Arc Furnace (EAF) dan penerapan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS).

Inisiatif ini selaras dengan strategi dekarbonisasi yang sudah mulai berkembang di ASEAN dan Asia Tenggara. Seperti dibahas dalam artikel sebelumnya 👉 Masa Depan Green Steel di Asia Tenggara: Teknologi dan Peluang Investasi, permintaan untuk baja rendah karbon di kawasan ini akan terus meningkat, didorong oleh transisi energi hijau.

 

Dari Ancaman Menjadi Keunggulan Kompetitif

Alih-alih hanya melihat CBAM sebagai ancaman, Indonesia sebetulnya memiliki peluang untuk beradaptasi lebih cepat. Dengan mengintegrasikan strategi green steel ke dalam strategi bisnis industri baja, pelaku nasional bisa membangun keunggulan baru, tidak hanya di pasar Eropa, tetapi juga di kawasan Asia dan domestik.

Buyer global saat ini semakin memprioritaskan aspek keberlanjutan dalam pengadaan baja. Proyek energi terbarukan, otomotif, dan konstruksi premium kini sudah mulai mengutamakan pemasok yang bisa menunjukkan jejak karbon produk mereka. Dengan demikian, akselerasi menuju green steel akan memperkuat daya saing jangka panjang, bahkan melampaui pengaruh CBAM itu sendiri.



Momentum untuk Transformasi

CBAM adalah kenyataan baru yang tidak dapat dihindari oleh eksportir baja Indonesia. Namun, ini juga merupakan momentum penting untuk mendorong transformasi industri baja nasional menjadi lebih hijau dan berdaya saing global.

Dengan memperkuat investasi teknologi, membangun sistem pelaporan karbon yang kredibel, dan mengintegrasikan prinsip green steel ke dalam proses produksi, Indonesia bisa mengubah tantangan ini menjadi peluang strategis. Produsen yang beradaptasi lebih awal, akan menjadi pemimpin pasar di era baru industri baja global.

Untuk memahami bagaimana CBAM, green steel, dan dekarbonisasi saling berkaitan, Anda juga dapat membaca: